Blogger Template Style Name: Picture Window Designer: Josh Peterson URL: www.noaesthetic.com

Senin, 05 Desember 2011

3 Penyesalan Yang Akan Dialami Sekelompok Manusia


Dalam beberapa ayat, al-Quran menginformasikan peristiwa masa depan yang akan dialami sekelompok manusia di akhirat kelak. Berupa ‘penyesalan’ atas rekam jejak hidupnya yang jauh dari nilai Islam selama di dunia. Ungkapan penyesalan ini diabadikan dengan ungkapan “Ya Laitani”. Penyesalan yang hanya terucap, namun tidak bisa terwujud. Karena waktu sudah terlambat.
Boleh jadi, informasi ini memberikan pelajaran bagi yang masih hidup di dunia. Agar waspada,  jangan sampai penyesalan itu dialaminya di akhirat kelak. Masih lebih baik, jika penyesalan itu terjadi di dunia. Karena di dunia, masih ada kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik. Sebaliknya, penyesalan di akhirat tidaklah berguna, kecuali neraka jahannam.
Lalu, apa sajakah penyesalan-penyesalan yang akan dialami sekelompok manusia itu?, Jawabannya adalah sebagai berikut:
#Penyesalan Pertama:  Penyesalan Saat Sakaratul Maut
Sakarat bisa diartikan sebagai mabuk akal atau hilang segala-galanya. Nabi berpesan, “Perbanyaklah ingat kepada yang memutuskan kelezatan dunia, yakni kematian”. Sakaratul maut pasti benar adanya, ia akan menghampiri setiap manusia. Banyak sebab terjadinya kematian, namun cuma satu yang pasti yakni sakaratul maut. Saat peristiwa ini, bertautanlah kedua betis pelakunya karena meregang nyawa akan dahsyatnya sakaratul maut.
Saat sakaratul maut tiba, terekamlah seluruh jejak perbuatan manusia, yakni perbuatan baik dan buruk. Bila yang muncul rekaman kebaikan, pelaku tidak akan merasakan takut, bahkan menyambut bahagia, karena akan mendapatkan pahala. Namun sebaliknya, bila yang muncul rekaman keburukan, baginya dihadapkan dengan kesengsaraan yang mengerikan. Ia pun akan menyesal dan berkata “Kembalikanlah aku, supaya aku bisa beramal sholeh dan bersedekah”. Namun sayang, penyesalan ini tiada berguna, azal tidak bisa ditunda dan dimajukan. Karena itulah, akhir segalanya.
Penyesalan Kedua: Penyesalan Saat Melihat Kawan Dekat Disiksa di Neraka
Sebagai makhlus sosial, setiap insan tidak lepas dari pertemanan dengan orang lain. Bahkan, karakter dan kepribadian seseorang tergantung dari teman / lingkungan dimana ia berada. Untuk itu, dianjurkan untuk berhati-hatilah saat mencari teman. Agama seseorang akan mengikuti agama teman dekatnya.
Baik buruknya pertemanan di dunia akan terekam jelas di akhirat kelak. Pertemanan yang didasari ketaatan dan kataqwaaan, akan memberikan bantuan / pertolongan satu sama lain. Namun sebaliknya, pertemanan yang dijalin atas dasar kedurhakaan, akan menjadikannya permusuhan. Satu sama lain akan saling menuding sebagai penyebab masuknya ke neraka. Kelompok manusia ini akan menyesal dengan berkata, “Ampunilah dosa-dosa kami ya Rabb!”. Dalam QS: Azzuhruf 67, Alloh mengatakan “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”
Penyesalan Ketiga: Penyesalan Saat Diperlihatkan Buku Catatan Amal
Setiap kita, didampingi dua malaikat yang bertugas mencatat seluruh amal kita, kapan dan dimana kita berada. Catatan ini akan terekam dalam buku catatan pribadi yang akan dibagikan di akhirat kelak. Mereka yang menerima catatan dengan rekam jejak yang buruk, akan merasa kaget, terbelalak dan menyesal. Mereka berkata, Apa-apaan ini? Kenapa semua tercatat? Kok saya pernah melakukan dosa ini? Padahal saya sudah tidak ingat lagi. Mereka lupa bahwa semua  perbuatan di dunia sekecil apapun tercatat oleh Alloh SWT yang tercermin dalam catatan pribadi. Mereka pun menyesal, dan menginginkan kembali ke dunia untuk berbuat amal sholeh. Dan lagi-lagi, penyesalan ini sudah terlambat dan tiada berguna.
Bagaimana Menghindari Penyesalan Itu?
Peristiwa di atas adalah gambaran masa depan yang sudah diinformasikan kepada setiap manusia yang hidup di dunia. Pelajarannya, bagaimana agar kita tidak mengalami penyesalan itu. Solusinya, bertaubatlah selama masih diberi kesempatan hidup di dunia dan kembali ke pada ajaran islam. Orang yang hidup dalam suatu kebiasaan, maka ia akan dimatikan dalam kebiasaan itu, dan dibangkitkan dalam kebiasan itu. Jika kita membiasakan diri dalam nilai islam, maka kita akan dimatikan dan dibangkitkan dalam keadaan islam.
Begitu pun dalam mencari teman dan lingkungan, carilah yang bisa mengajak ke jalan Alloh sehingga bisa menyelamatkan diri di akhirat kelak. Selanjutnya perbanyak beramal sholeh agar catatan pribadi yang diterima kelak hasilnya baik dan menyenangkan.

Rumah Tinggal yang Seperti Kuburan alquran-pelita-hidup


Tempat tinggal yang nyaman merupakan idaman setiap orang. Berbagai cara bisa dilakukan untuk mewujudkan rumah idaman. Namun, pernahkah kita membayangkan bahwa rumah idaman tersebut diibaratkan sebuah kuburan yang sunyi dan sepi?  Tentu jawabannya TIDAK, bukan? Nabi Muhammad saw pernah mengingatkan agar tempat tinggal kita tidak seperti kuburan, yakni rumah yang sepi dari alunan ayat-ayat al-Qur’an.
Al-Quran, memiliki istilah AR-RUH. Ia bagaikan pelita yang mampu ‘menerangi’ kehidupan seseorang. Saat hidup tidak dihiasi dengan Quran maka hidup itu akan terasa ‘mati’ meskipun hakikatnya masih hidup. Alloh SWT menyatakan hal ini dalam QS, Almaidah 15- 16,
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.”
“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”.
Sejarah membuktikan, al-Quran mampu mengubah peradaban yang asalnya jahil menjadi ’sangat beradab”. Kesuksesan generasi sahabat menaklukkan Persia dan Romawai, tidak lain karena mereka mencintai, akrab, dan mengamalkan al-Quran dalam hidup kesehariannya.
Keberkahan hidup, rumah tangga, dan sosial kita ditentukan sejauh mana kedekatan kita dengan al-Quran. Sejauh mana nilai-nilai al-Quran menghampiri urusan rumah tangga, ekonomi, sosial, politik, dan aspek hidup kita lainnya. Waspadalah!! saat diri kita dan keluarga jauh dari al-Quran. Rosululloh pernah mengingatkan bahwa suatu saat akan terjadi fitnah (krisis multi dimensi) menimpa umat manusia. Sahabat Ali r.a. bertanya,  apa solusinya ya Rosul? Rosulpun menjawab, “Kitabulloh”.
Manusia terbaik bukanlah yang paling tinggi gelar atau banyaknya harta, namun yang terbaik adalah mereka yang mau belajar dan mengajarkan al-Quran. Beruntunglah kepala rumah tangga yang mengkondisikan anggota keluarganya dekat dengan al-Quran. Di akhirat kelak, akan ada sekelompok orang tua yang diberi penghargaan istimewa oleh Alloh SWT. Orang tua ini terkaget-kaget, kenapa ia diberi penghargaan itu. Ternyata hal ini dikarenakan usahanya dalam mendidik anak yang menjadi cinta al-Quran.
Semoga kita menjadi ahli al-Quran. Memiliki program peningkatan pemahaman al-Quran. Mengajak keluarga, saudara, teman dan tetangga terdekat untuk mencintai al-Quran. Sehingga bisa mengangkat keluarga dan masyarakat dari krisis hidup serta menggapai kabahagiaan dunia dan akhirat.
Khususnya bagi kepala keluarga, hiasilah tempat tinggal dengan alunan al-Quran, agar ia tidak seperti kuburan….. 
 Dikutip dari Khutbah Jum’at, 2 April 2010, Mesjid Darussalam Kota Wisata, Narasumber : Ust. Ahmad Kusyairi Suhael MA”

Perbedaan Iman kepada al-Quran dan Kitab Sebelumnya



Dalam agama islam, iman (keyakinan) memiliki posisi yang strategis dan prinsipil. Iman merupakan fondasi atas segala-galanya. Seluruh perbuatan islam harus ditegakkan atas dasar iman. Betapapun baiknya suatu perbuatan, jika dibangun bukan atas dasar iman, maka semua amalan itu akan tertolak di sisi Alloh SWT. Salah satu iman yang harus tertanam dalam diri seorang muslim adalah iman kepada kitab-kitab Alloh. Beriman kepada kitab-kitab Alloh merupakan salah satu kriteria seorang muslim bertaqwa sebagaimana digambarkan dalam bagian awal surat al- Baqoroh.
Kitab sebelum al-Quran sangatlah banyak. Ada yang berupa lembaran milik nabi Ibrahim, lembaran milik nabi Musa, dan lembaran sebelum Ibrahim dan Musa. Ada juga kitab Zabur yang diturunkan kepada nabi Daud, kitab Taurat kepada nabi Musa, dan kitab injil kepada nabi Isa as. Dan, diantara kitab dan lebaran-lembaran yang diturunkan Alloh ini, yang terbesar ialah al-Quran.
Bagaimana cara kita beriman kepada kitab Alloh? dan apa bedanya beriman kepada al-Quran dibanding kitab lainnya?
Iman kepada al-Quran haruslah meliputi tiga dimensi yakni lisan, hati, dan amal perbuatan. Saat hati berkata yakin, maka lisan dan perbuatan haruslah selaras dengan apa yang dikehendaki al-Quran. Orang yang hatinya iman sementara lisan dan perbuatannya tidak mencerminkan keimanan, maka orang tersebut termasuk golongan FASIQ. Sebaliknya jika lisan dan perbuatannya iman, semantara hatinya tidak, maka orang seperti ini termasuk golongan MUNAFIQ.
Sementara itu, iman kepada kitab selain al-Quran hanya meliputi dua dimensi saja yakni hati dan lisan, tidak dalam hal perbuatan. Secara lisan dan hati kita diwajibkan berikrar iman kepada kitab Injil, Taurat,  Zabur, dan kitab lainnya. Namun dalam hidup keseharian,  kita tidak dibolehkan tunduk dibawah kemauan Zabur, Taurat, dan Injil.
Jangankan kita, umat pengikut Injil, Zabur, dan Taurat-pun, ketika al-Quran turun wajib hukumnya bagi mereka tunduk kepada al-Quran. Seandainya nabi Musa, Isa dan Daud masih hidup, merekapun wajib tunduk kepada al-Quran. Maka dari itu, kita tidak dibenarkan untuk tunduk dibawah injil dan taurat, sekalipun kitab ini masih asli. Apalagi pada saat ini, kitab Injil dan Taurat sudah tidak asli lagi karena telah mengalami perubahan dan rekayasa pengikutnya.
Keimanan ini haruslah kita jaga dan pelihara dengan penuh perjuangan dan kegigihan. Bentengi diri dan keluarga dari rongrongan yang berpotensi menguras bahkan menghapus iman dari kehidupan kita. Pengaruh-pengaruh luar yang bertujuan menarik menjadi komunitasnya akan selalu dihembuskan para outsider (non muslim), baik secara halus maupun kasar. Hal ini, selain bisa kita saksikan dalam kenyataan hidup, juga sudah diberitahukan dalam QS Al-Baqoroh 120; “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka“.
Mereka, kaum Yahudi dan Nasrani, tidak akan pernah rela selama-lamanya jika sikap hidup, pola pikir dan suara batin orang-orang Islam belum mengikuti ajaran mereka. Maka dari itu, bentengilah aqidah diri dan keluarga dari pengaruh-pengaruh luar. Tidak ada kata KOMPROMI dalam hal Aqidah dengan orang non muslim. Belajarlah dari sikap nabi Ibrahim as yang  tegas dalam mempertahankan aqidah Islam, sebagaimana terdapat dalam QS. QS Al-Mumtahanah 4;
“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja… “
(Pengajian 24 April 2010, Mesjid Darussalam Kota Wisata, Narasumber DR Aminulloh)
Read more: http://monozcore.blogspot.com/2011/08/blog-widget-burung-terbang-twitter.html#ixzz1fHo4xEHs